TEMBILAHAN - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, melonjak drastis. Hingga pertengahan Mei 2025, tercatat sudah ada 211 kasus dengan enam korban meninggal dunia.
Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Inhil mencatat, jumlah kasus ini naik dibandingkan awal Mei yang masih di angka 197 kasus. Lonjakan disebut sudah mulai terasa sejak Februari.
“Status Kejadian Luar Biasa (KLB) sudah kami tetapkan sejak Maret lalu,” kata Kepala Dinkes Inhil, Rahmi Indrasuri, Senin (19/5/2025).
Sayangnya, upaya penanganan terkendala minimnya alat fogging. Saat ini, hanya tersedia tiga unit fogging yang masih berfungsi dari total enam hingga tujuh unit yang sebelumnya ada.
“Sebagian besar rusak. Jadi, alat yang ada harus digilir ke puskesmas-puskesmas yang kasusnya tinggi,” ujarnya.
Ada lima wilayah dengan sebaran kasus DBD tertinggi, yaitu ; Sungai Guntung (Kec. Kateman), Tembilahan Hulu, Pulau Burung, Kempas Jaya, dan Kota Baru Keritang.
Di antaranya, Sungai Guntung disebut sebagai daerah paling terdampak.
Tim Dinkes telah melakukan penyelidikan epidemiologi dan penyemprotan di radius 100–200 meter dari lokasi pasien. Bila ditemukan penampungan air atau gejala DBD, tindakan cepat seperti fogging dan pemberian bubuk abate langsung dilakukan.
Namun, fogging tak bisa dilakukan sembarangan.
“Fogging hanya bunuh nyamuk dewasa. Untuk jentik, kami andalkan PSN dan gerakan 3M Plus—menguras, menutup, mendaur ulang, juga pakai ikan pemakan jentik dan obat nyamuk,” jelas Rahmi.
Beberapa desa seperti Kempas, Guntung, dan Pelangiran bahkan harus meminjam alat fogging dari perusahaan swasta karena ketiadaan alat di fasilitas kesehatan setempat.
Dinkes Inhil pun sudah mengajukan permintaan ke Bupati untuk pengadaan 15 unit fogging tambahan. Harapannya, setiap puskesmas minimal punya satu unit sendiri.
“Kami minta dukungan semua pihak. Tanpa kesadaran masyarakat, sulit memutus rantai penyebaran,” pungkasnya.
Pemerintah Kabupaten Inhil kini gencar melakukan edukasi dan memperkuat koordinasi lintas sektor menjelang puncak musim hujan, guna menekan lonjakan kasus DBD yang terus meningkat.